Minggu, 03 Juli 2016


POMPEII

Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah menjadi puing dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi.

Saat ini kota Pompeii merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.



Pompeii dan Campania Romawi.
Pompeii terletak pada koordinat 40°45′0″LU 14°29′10″BT, sebelah tenggara kota Napoli, dekat dengan kota modern Pompei saat ini. Kota ini berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran lava ke arah utara di hilir Sungai Sarno (zaman dulu bernama "Sarnus"). Saat ini daratan ini agak jauh letaknya di daratan, namun dahulu merupakan daerah yang dekat dengan pantai.

Pada abad pertama M, Pompeii hanyalah salah satu dari sekian kota yang berlokasi di sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah ini cukup besar jumlah penduduknya yang menjadi makmur karena daerah pertaniannya subur. Beberapa kelompok kota kecil di sekitar Pompeii seperti Herculaneum juga menderita kerusakan atau kehancuran oleh tragedi letusan Vesuvius.
Kota Pompeii didirikan sekitar abad ke-6 SM oleh orang-orang Osci atau Oscan, yaitu suatu kelompok masyarakat di Italia tengah. Saat itu, kota ini sudah digunakan sebagai pelabuhan yang aman oleh para pelaut Yunani dan Fenisia. Ketika orang-orang Etruskan mengancam melakukan serangan, kota Pompeii bersekutu dengan orang-orang Yunani yang kemudian menguasai Teluk Napoli. Pada abad ke-5 SM orang-orang Samnium mendudukinya (beserta semua kota di Campania). Para penguasa baru ini memaksakan arsitektur mereka dan memperluas wilayah kota. Diyakini juga bahwa selama pendudukan orang-orang Samnium, Roma sempat merebut kembali Pompeii untuk sementara waktu, namun teori ini belum terbuktikan.

Pompeii ikut ambil peranan dalam peperangan yang dimulai oleh kota-kota Campania melawan Roma, namun pada tahun 89 SM kota ini dikepung oleh Sulla. Walaupun tentara Liga Sosial yang dipimpin oleh Lucius Cluentius ikut membantu dalam melawan Roma, pada tahun 80 SM Pompeii dipaksa menyerah setelah Nola ditaklukkan. Pompeii lalu menjadi sebuah koloni Roma dengan nama: Colonia Cornelia Veneria Pompeianorum. Kota ini menjadi jalur penting bagi barang-barang yang datang lewat laut dan harus dikirim ke Roma atau Italia Selatan yang terletak di sepanjang Via Appia yang tidak jauh dari situ.

Pada tahun 62 M, sebuah gempa bumi hebat merusakkan Pompeii bersama banyak kota lainnya di Campania. Pada masa antara tahun 62 M hingga letusan besar Vesuvius tahun 79 M, kota ini dibangun kembali, mungkin lebih megah dalam bidang bangunan dan karya seni dari sebelumnya.

Para penduduk Pompeii, seperti mereka yang hidup di daerah itu sekarang, telah lama terbiasa dengan getaran kecil, namun pada 5 Februari 62 [1] terjadi gempa bumi yang hebat yang menimbulkan kerusakan yang cukup besar di sekitar teluk itu dan khususnya terhadap Pompeii. Sebagian dari kerusakan itu masih belum diperbaiki ketika gunung berapi itu meletus [2]. Namun, ini mungkin merupakan sebuah gempa tektonik daripada gempa yang disebabkan oleh meningkatnya magma yang terdapat di dalam gunung berapi [3].

Sebuah gempa lainnya, yang lebih ringan, terjadi pada 64; peristiwa ini dicatat oleh Suetonius dalam biografinya tentang Nero[4], dalam De Vita Caesarum, dan oleh Tacitus dalam Buku XV dari Annales [5] karena hal ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan tampil dalam sebuah pertunjukan untuk pertama kalinya di sebuah panggung umum. Suetonius mencatat bahwa kaisar tidak memedulikan gempa itu dan terus bernyanyi hingga selesai lagunya, sementara Tacitus mencatat bahwa teater itu runtuh setelah orang-orang di dalamnya dievakuasi.

Penulis Plinius Muda menulis bahwa getaran bumi itu "tidaklah begitu menakutkan karena sering terjadi di Campania".

Pada awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur-sumur mengering [6]. Getaran-getaran gempa ringan mulai terjadi pada 20 Agustus 79 [7], dan menjadi semakin sering pada empat hari berikutnya, namun peringatan-peringatan itu tidak disadari orang, dan pada sore hari tanggal 24 Agustus, sebuah letusan gunung berapi yang mematikan terjadi. Ledakan itu merusakkan wilayah tersebut, mengubur Pompeii dan daerah-daerah permukiman lainnya. Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan Vulcanalia, perayaan dewa api Romawi.

Laporan saksi mata satu-satunya yang bertahan dan dapat diandalkan tentang peristiwa ini dicatat oleh Plinius Muda dalam dua pucuk surat [8] kepada sejarahwan Tacitus. Dari rumah pamannya di Misenum, sekitar 35 km dari gunung berapi itu, Plinius melihat sebuah gejala luar biasa yang terjadi di atas Gn. Vesuvius: sebuah awan gelap yang besar berbentuk seperti pohon pinus muncul dari mulut gunung itu. Setelah beberapa lama, awan itu dengan segera menuruni lereng-lereng gunung dan menutupi segala sesuatu di sekitarnya, termasuk laut yang di dekatnya.

"Awan" yang digambarkan oleh Plinius Muda itu kini dikenal sebagai aliran piroklastik, yaitu awan gas yang sangat panas, debu, dan batu-batu yang meletus dari sebuah vulkano. Plinius mengatakan bahwa beberapa gempa bumi terasa pada saat letusan itu dan diikuti oleh getaran bumi yang dahsyat. Ia juga mencatat bahwa debu juga jatuh dalam bentuk lapisan-lapisan yang sangat tebal dan desa tempat ia berada harus dievakuasi. Laut pun tersedot dan didorong mundur oleh suatu "gempa bumi", sebuah gejala yang disebut oleh para geolog modern sebagai tsunami.

Gambarannya lalu beralih kepada fakta bahwa matahari tertutup oleh letusan itu dan siang hari menjadi gelap gulita. Pamannya, Plinius Tua mengambil beberapa kapal untuk meneliti gejala ini dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di kaki gunung itu. Karena tidak dapat mendarat dekat gunungtersebut karena angin yang tidak menguntungkan dan debu yang dihasilkan letusan itu, Plinius Tua melanjutkan perjalanan ke Stabiae sekitar 4,5 km dari Pompei. Ia meninggal di sana keesokan harinya. Dalam suratnya yang pertama kepada Tacitus, kemenakannya menduga bahwa ini disebabkan karena pamannya menghirup gas beracun. Namun Stabiae 16 km jauhnya dari tempat kejadian dan rekan-rekannya tampaknya tidak terpengaruh oleh hirupan udara itu, dan karena itu kemungkinan sekali kematiannya disebabkan karena Plinius yang gemuk [9] meninggal karena stroke atau serangan jantung [10].

Lenyap selama 16 abad

Fresko dekoratif: "Dewi Europa dan sang Lembu"
Lapisan debu tebal menutupi dua buah kota yang lokasinya dekat dengan kaki gunung Vesuvius, sehingga kedua kota ini menjadi hilang dan terlupakan. Kemudian kota Herculaneum ditemukan kembali pada 1738, dan Pompeii pada 1748. Kedua kota ini digali kembali dari lapisan debu tebal dengan membebaskan semua bangunan-bangunan dan lukisan dinding yang masih utuh. Sebenarnya, kota ini telah ditemukan kembali pada 1599 oleh seorang arsitek bernama Fontana yang menggali sebuah jalan baru untuk sungai Sarno, namun membutuhkan lebih dari 150 tahun kemudian barulah sebuah upaya/kampanye serius dilakukan untuk membebaskan kota ini dari timbunan tanah.

Raja Charles VII dari dua Sisilia sangat tertarik dengan temuan-temuan ini bahkan hingga ia diangkat menjadi raja Spanyol. Giuseppe Fiorelli mengambil tanggung jawab ekskavasi pada 1860. Hingga saat itu Pompeii dan Herculaneum dianggap telah hilang selamanya. Di kemudian hari, Giuseppe Fiorelli adalah orang yang menyarankan penggunaan teknik injeksi plester terhadap ruangan kosong dalam tubuh korban Vesuvius yang sudah hancur untuk membentuk kembali permukaan tubuh mereka secara sempurna.


Pasangan penduduk Pompeii
Ada teori tanpa bukti yang menyatakan bahwa Fontana menemukan beberapa fresko erotis selama penggalian yang dilakukannya, namun karena norma-norma kesopanan yang amat kuat saat itu ia mengubur fresko-fresko itu kembali. Hal ini diperkuat oleh laporan-laporan penggalian oleh tim lain sesudahnya yang menyatakan bahwa daerah galian tersebut menunjukkan suasana telah pernah digali dan dikuburkan kembali.

Forum (bangunan untuk keperluan sosial), pemandian, beberapa rumah/gedung dan sejumlah villa telah dapat diselamatkan dengan baik. Sebuah hotel (dengan luas 1000 meter persegi) ditemukan dekat dengan lokasi kota. Hotel ini lalu dinamakan "Grand Hotel Murecine".

Fakta menyatakan bahwa Pompeii merupakan satu-satunya situs kota kuno di mana keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan pasti tanpa memerlukan modifikasi atau penambahan. Kota ini tidak dibagi sesuai dengan pola-pola kota Romawi pada umumnya dikarenakan permukaan tanah yang tidak datar (kota ini berada di kaki gunung). Namun jalan-jalan di kota ini dibuat lurus dan berpola pada tradisi murni Romawi kuno, permukaan jalan terdiri dari batu-batu poligon dan memiliki bangunan-bangunan rumah dan toko-toko di kedua sisi jalan, mengikuti decumanus dan cardusnya. Decumanus adalah jalan-jalan yang merentang dari timur ke barat, sementara cardus merentang dari utara ke selatan.

Gempa bumi, longsor dan kerusakan akibat letusan gunung berapi

Sebuah jalan sepi di Pompeii
Sebuah bidang penelitian penting saat ini berkaitan dengan struktur-struktur, yang kini sedang diperbaiki, pada masa letusan (kemungkinan rusak pada waktu gempa pada tahun 62). Sebagian dari lukisan-lukisan tua yang rusak agaknya tertutup dengan lukisan-lukisan yang lebih baru, dan alat-alat modern digunakan untuk menemukan kembali gambaran dari fresko-fresko yang telah lama tersembunyi. Alasan tentang mengapa struktur-struktur ini masih diperbaiki 10 tahun setelah letusan itu adalah kenyataan bahwa frekuensi ledakan menjelang ledakan yang hebat itu semakin kecil.

Kebanyakan penggalian arkeologis di situs itu hanya sampai tingkat jalanan pada peristiwa vulkanik tahun 79. Penggalian-penggalian yang lebih dalam di bagian Pompeii yang lebih tua dan contoh-contoh utama dari pengeboran-pengeboran di dekatnya telah menunjukkan lapisan-lapisan dari berbagai sedimen yang menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa lain telah melanda kota itu sebelum terjadinya ledakan yang terkenal itu, karena ada tiga lapisan sedimen yang terletak di bawah kota itu yang ditemukan di atas lapisan lava. Bercampur dengan sedimen ini ditemukan pula oleh para arkeolog potongan-potongan kecil dari tulang-tulang binatang, potongan-potongan keramik dan potongan-potongan tumbuhan. Dengan menggunakan penanggalan karbon, lapisan yang tertua diperkirakan berasal dari abad ke-8 SM, sekitar masa pendirian kota itu. Dua lapisan lainnya dipisahkan dari lapisan-lapisan lainnya dengan lapisan tanah yang dikembangkan dengan baik atau merupakan jalan yang dibuat orang Romawi pada sekitar abad ke-4 SM dan abad ke-2 SM. Teori di balik lapisan-lapisan dari beraneka sedimen ini adalah tanah longsor yang hebat, yang mungkin didorong oleh hujan yang turun berkepanjangan. (Senatore, et al., 2004)

Pada penggalian-penggalian awal situs ini, sesekali ditemukan lubang di dalam lapisan abu yang berisi sisa-sisa tulang manusia. Giuseppe Fiorelli mengusulkan untuk mengisi ruang-ruang kosong itu dengan semen. Apa yang dihasilkan adalah bentuk-bentuk yang sangat akurat dan mengerikan dari Pompeiani (warga Pompeii) yang gagal melarikan diri, dalam saat-saat terakhir hidup mereka (lihat [11], [12], [13]). Untuk sebagian dari mereka, ungkapan ketakutan itu cukup jelas kelihatan.


Para korban letusan
Para geolog telah menggunakan sifat-sifat magnetik dari batu-batu dan serpihan-serpihan yang ditemukan di Pompeii untuk memperkirakan temperatur aliran piroklaktik yang mengubur kota itu. Ketika batu yang meleleh itu membeku kembali, mineral magnetik dalam batu itu mencatat arah bidang magnet Bumi. Bila bahan itu dipanaskan melampaui temperatur tertentu, yang dikenal sebagai temperatur Curie, bidang magnetnya mungkin akan dimodivikasi atau sama sekali diatur kembali.

Analisis terhadap lebih dari 200 buah batu vulkanik dan serpihan-serpihan, seperti atap genting, menunjukkan bahwa awan debu itu panasnya hingga 850 °C ketika muncul dari mulut Vesuvius. Awan itu mendingin hingga kurang dari 350 °C pada saat tiba di kota itu. Banyak dari bahan-bahan yang dianalisis mengalami temperatur antara 240 °C hingga 340 °C. Beberapa daerah memperlihatkan temperatur yang lebih rendah, hanya 180 °C. Ada teori yang mengatakan bahwa guncangan mungkin telah menyebabkan tercampurnya udara dingin ke dalam awan debu itu. (Cioni, et al., 2004)


Fresko-fresko Pompeii yang dapat diselamatkan menawarkan pengetahuan yang tiada bandingnya mengenai kebudayaan dari kota purbakala ini
Kota Pompeii memberikan gambaran sesaat mengenai kehidupan kota Romawi pada abad pertama. Gambaran sesaat ini memperlihatkan bahwa Pompeii merupakan kota yang sangat hidup sebelum terjadinya letusan gunung. Bukti-bukti memberi petunjuk hingga ke hal yang amat detail dari kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya, pada lantai sebuah rumah (rumah Sirico) sebuah tulisan terkenal Salve, lucru (Selamat datang, uang), mungkin dimaksudkan sebagai humor, menunjukkan kepada kita perusahaan perdagangan yang dimiliki oleh dua sejawat, Sirico dan Nummianus (namun nama ini mungkin hanya julukan, karena nummus berarti mata uang, uang). Di rumah-rumah lainnya, terdapat banyak gambaran terinci mengenai profesi dan kategori, seperti pekerja binatu (Fullones). Kendi-kendi anggur bertuliskan Vesuvinum (istilah permainan kata dalam perdagangan). Grafiti yang dipahat di dinding memberitahu kita akan nama suatu jalan.


Teatro Grande "Teater Besar" dengan kapasitas penoton yang banyak terletak di sebelah teater Piccollo
Ketika letusan terjadi, kota Pompeii mungkin memiliki penduduk sejumlah 20.000 orang dan berlokasi di area di mana orang Roma memiliki vila-vila liburan mereka. Banyak pelayanan yang disediakan di kota Pompeii ditemukan, misalnya: Macellum (pasar raya menyediakan makanan), Pistrinum (penggilingan gandum), Thermopolium (sejenis bar yang menyediakan minuman dingin dan panas), cauporioe (restoran kecil), dan sebuah amfiteater.

Tahun 2002 penemuan lain yang tak kalah pentingnya di hilir sungai Sarno mengungkapkan bahwa pelabuhan tersebut juga memiliki banyak penduduk dan para penduduknya tinggal di palafitte (desa dengan rumah-rumah yang menjorok di atas danau), dalam sebuah sistem kanal yang, menurut para ilmuwan, menyerupai kanal-kanal di Venesia. Namun fakta ini masih harus dipelajari lebih jauh.

Menurut Steven Ellis, salah satu tim arkeolog University of Cincinnati, penggalian situs menghasilkan analisis arkeologi terkait hunian lengkap di mana situs itu juga menyimpan pusat bisnis yang terletak disalah satu gerbang tersibuk di Pompeii, Porta Stabia. Wilayah situs mencakup 10 bidang bangunan terpisah dan memiliki 20 bangunan toko yang sebagian besar menjual makanan dan minuman. Salah satu di antara bukti yang diperiksa merupakan limbah yang diperoleh dari saluran air dan 10 kakus. Limbah makanan yang ditemukan berupa makanan mineral berasal dari dapur dan kotoran manusia, salah satunya adalah sisa makanan terutama biji-bijian. Materi yang dianalisis dari saluran air pembuangan mengungkapkan berbagai kuantitas bahan yang sangat jelas membedakan sosial dan ekonomi antara kegiatan dan kebiasaan konsumsi masing-masing properti, termasuk diantaranya limbah dari penginapan.

Temuan limbah makanan mengungkapkan jenis konsumsi murah dan elit seperti buah-buahan, kacang, zaitun, ikan lokal dan telur ayam, serta potongan daging yang harganya jauh lebih mahal. Selain itu, limbah kotoran yang ditemukan dari saluran air tetangga juga mengungkapkan adanya perbedaan sosial ekonomi antara tetangga. Saluran dari properti pusat diidentifikasi mengandung berbagai makanan kelas atas yang mungkin diperoleh secara impor dari luar Italia, salah satunya kerang, landak laut hingga kaki jerapah. Tulang kaki jerapah dianggap sebagai makanan eksotis dan ditegaskan bahwa fakta ini dianggap sebagai satu-satunya bukti yang pernah tercatat di penggalian arkeologi Romawi di Italia. Berbagai makanan saji yang disediakan oleh restoran di kota Pompeii tidak hanya menggambarkan adanya perdagangan dari wilayah jauh, tetapi juga menggambarkan kekayaan dan makanan diet kaum non elit. Salah satu bukti adanya perdagangan dari negara lain adalah impor rempah-rempah yang hanya bisa diperoleh dari wilayah Indonesia.

Seni erotis di Pompeii dan Herculaneum ditemukan di kota-kota kuno yang pernah ada di sekitar Teluk Napoli, terutama Pompeii dan Herculaneum, setelah dilakukan penggalian besar-besaran sejak abad ke-18. Kota-kota kuno itu ditemukan penuh berisi seni erotis serta fresko, simbol, dan prasasti yang oleh para penggalinya dianggap porno. Bahkan, barang-barang rumah tangga yang ditemukan juga bercorak seksual. Banyaknya gambaran dan barang bercorak seksual itu menunjukkan bahwa adat seks dalam budaya Romawi Kuno saat itu jauh lebih bebas daripada kebanyakan budaya saat ini meski bisa jadi apa yang saat ini dianggap sebagai gambaran erotis, misalnya penis raksasa, merupakan gambaran kesuburan. Gegar budaya itu membuat banyak temuan disembunyikan seperti fresko Priapus, dewa seks dan kesuburan, yang penis raksasanya ditutup plester dan baru diketahui pada tahun 1998 karena terhapus air hujan.[1]

Pada tahun 1819, saat Raja Francis I dari Napoli mengunjungi pameran Pompeii di Museum Nasional bersama istri dan putrinya, ia merasa sangat malu oleh karya seni erotis sehingga memutuskan untuk memindahkannya ke ruang rahasia yang hanya dapat dikunjungi oleh "orang dewasa yang bermoral". Selama lebih dari seabad, ruang itu berkali-kali dibuka-tutup, dibuka untuk sementara pada akhir tahun 1960-an saat revolusi seksual, dan akhirnya dibuka untuk umum pada tahun 2000. Akan tetapi, pengunjung di bawah umur hanya diizinkan masuk apabila ada orang dewasa yang mendampingi atau dibekali izin tertulis

Pompeii dalam dunia hiburan populer
Pompeii dijadikan latar belakang novel sejarah modern The Last Days of Pompeii dan sebuah film seri televisi Inggris Up Pompeii, dan novel Robert Harris baru-baru ini, Pompeii, sebuah kisah fiksi yang terpusat pada aquarius (ahli saluran air) Marcus Attilius yang harus memperbaiki kerusakan pada akuaduk di dunia, Aqua Augusta, yang rusak di suatu tempat di sekitar Gn. Vesuvius. Dalam seni visual, The Last Day of Pompeii adalah sebuah lukisan terkenal oleh Carlo Brullo yang kelahiran Rusia.

Pada Oktober 1971, band terkenal Pink Floyd mengadakan pertunjukan di sebuah amfiteater yang kosong dan berusia 2.000 tahun di Pompeii, di hadapan penonton yang terdiri dari para kru film termasuk para kamerawan. Pertunjukan ini diedarkan sebagai sebuah film di seluruh dunia, dan belakangan dalam bentuk video. Sang sutradara belakangan menambahkan gambar-gambar ruang angkasa dan merilisnya dalam bentuk 'potongan sutradara', yang kini tersedia dalam bentuk DVD.

"Last Days of Pompeii" adalah sebuah opera rock tahun 1991 oleh band rok alternatif Nova Mob.

Taman bertema Busch Gardens di Williamsburg, Virginia menampilkan sebuah atraksi berjudul "Escape from Pompeii," (Melarikan diri dari Pompeii); di situ para penumpang mengendarai kapal-kapal kecil yang konon sedang melarikan diri melalui kota Pompeii sementara reruntuhan-reruntuhan kota berguliran di sekitar mereka.

Rexford (Rex) Phillips, alias “Rexino Mondo,” menulis, menyanyikan, membacakan serta memproduksi sebuah "buku audio" 210 menit berjudul Messenger From Pei (Utusan dari Pei). Buku ini mengisahkan penugasannya di Kompi Khusus ke-10 dari Angkatan Darat AS di Korea. Di sana ia berjumpa, bersahabat dan akhirnya menjalin hubungan yang akrab dengan aktris Debbie Reynolds. Berbagai arus bolak-balik membawa mereka dalam suatu perjalanan ke kehidupan masa lampau, dan khususnya dalam pelarian mereka dari "Pei yang dekaden", tepat sebelum kehancuran total kota itu, bersamaan dengan hari-hari terakhir "Pompeii", bakal anaknya yang rusak akhlaknya. Karya ini dibuat pada 1992 dan diedarkan secara terbatas.


Palaestra Pompeii dilihat dari puncak dinding stadion. Bagian tengah kiri yang mencekung diisi dengan air dan digunakan untuk latihan berenang atau permainan pertempuran laut. Di sebelah kanan (agak tertutup oleh batang pohon) adalah barisan pokok-pokok pohon yang menjadi arang, sisa-sisa pohon (masing-masing seratus tahun usianya) dari palaestra yang terbakar dalam ledakan gunung berapi tahun 79. Di antara mereka dan deretan tiang, terdapat barisan pepohonan muda yang baru ditanam sebagai penggantinya.

Tragedi Pompeii dari sisi pandang agama

Pompeii, yang merupakan simbol dari degradasi akhlaq yang dialami kekaisaran Romawi, adalah pusat perzinaan dan homoseks. Nasib Pompeii mirip dengan kaum Nabi Luth. Kehancuran Pompeii terjadi melalui letusan gunung berapi Vesuvius

Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota tersebut dipenuhi oleh meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau prostitusi. Saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui, hal ini terjadi karena mengacu pada kepercayaan  Mithraic, dimana organ-organ seksual dan hubungan seksual tidaklah tabu, tetapi hendaknya dipertontonkan secara terbuka.


Penghancuran Pompeii sendiri mirip dengan peristiwa-peristiwa adzab yang dikisahkan dalam Alqur'an, sebab Alqur'an secara khusus mengisyaratkan “pemusnahan secara tiba-tiba” ketika mengisahkan peristiwa yang demikian ini.

pemusnahan dalam waktu yang singkat kembali disebut ketika kehancuran kaum Tsamud dikisahkan: “Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.”

Kematian masal penduduk kota Pompeii terjadi dalam waktu yang sangat singkat persis sebagaimana adzab yang dikisahkan dalam kedua ayat di atas.

Ledakan tersebut membenamkan Pompeii dalam timbunan lapili --kerikil campur pasir. Baru pada abad 18, ketika mulai digali, kota ini ditemukan relatif utuh, dari arsitektur gedung-gedungnya hingga mozaik, dari kamar tidur hingga tempat penyimpanan anggur, air dan makanan. Kami bahkan menemukan tanda "awas anjing galak."

Pada 1594, seorang arsitek, Domenico Dorgana, sedang membangun sebuah kanal, ketika menemukan satu bagian kecil dari Pompeii. Dorgana mencatat penemuan itu namun tak ada kelanjutannya.

Baru pada 1748, atau 150 tahun kemudian, ketika Charles de Bourbon berkuasa di Napoli, penggalian serius mulai dilakukan. Orang ingin tahu bagaimana rupa Pompeii. Artinya, penggalian dilakukan 1,600 tahun sesudah ledakan Vesuvius. Hasilnya spektakular! Namun banyak barang bernilai justru dirampok dari situs seluas 66 hektar itu.

Giuseppe Fiorelli, yang mulai bekerja pada 1858, dianggap orang yang paling banyak menemukan Pompeii. Hingga hari ini, Pompeii masih belum sepenuhnya digali. Kami masih melihat banyak sekali penggalian atau bagian tertutup. Para anthropolog bekerja dengan sekop kecil dan kuas. Pagar-pagar besi masih bertebaran. Gunanya, mengatur lalu lintas pengunjung sekaligus menjaga situs ini dari penjarahan. Menurut buku Lonely Planet, ada 2.3 juta pengunjung setiap tahun ke Pompeii.

Kini orang yang berkunjung ke Pompeii, bisa melihat jalan-jalan kota ini. Kebudayaan Romawi membangunnya dari batu-batu besar dengan permukaan rata. Permukaan rumah dibangun sekitar 30 cm dari permukaan jalan. Jalan juga berguna sebagai saluran air. Di setiap persimpangan ada batu-batu besar untuk batu loncatan agar jubah orang tak basah bila menyeberangi jalan. Orang kebanyakan memakai kereta keledai. Orang kaya bisa memakai kuda.

Bangunan rumah dibuat dari bata dan batu. Menurut Antonio Campinelli, guide yang mengantar kami, rumah-rumah penduduk Pompeii terdiri sedikitnya dua tingkat. Setiap rumah punya halaman dalam dimana mereka menanam pohon zaitun dan anggur.

Gunanya, biji buah zaitun diperas, dijadikan minyak zaitun. Anggur, tentu saja, dijadikan minuman. Mutu zaitun terbaik dipakai untuk obat-obatan dan bahan makanan. Mutu terjelek dipakai untuk bahan bakar lampu. "Banyak terjadi kebakaran waktu itu karena penerangan dari lentera zaitun," kata Campinelli. Lantai dua atau tiga kebanyakan terbuat dari kayu. Budak-budak tidur di lantai kayu. Majikan tidur di lantai dasar. Budak-budak ini rentan meninggal kalau terjadi kebakaran.

Ketika Pompeii digali, juga ditemukan rumah dengan tubuh-tubuh korban membatu. Ada anak kecil. Ada perempuan. Ada lelaki. Ada yang tiduran. Ada juga yang berusaha bangkit. Ada juga anjing dan pepohonan. Menurut Campinelli, tubuh-tubuh itu ketika ditemukan sudah mirip kepompong. Selama 1,600 tahun, daging korban tentu sudah mengerut dan tinggal tulang-belulang. Giuseppe Fiorelli menyuntikkan sejenis plaster ke dalam bagian-bagian yang kosong tersebut. Kini tubuh-tubuh, manusia, hewan dan tanaman yang membatu tersebut diletakkan pada lokasi dimana mereka ditemukan.

Menurut buku Pompeii 2000 Years and Today karangan Alberto C. Carpiceci, Pompeii memiliki warga sekitar 20,000 orang. Di kota ini ada penginapan (hospitia), kandang kuda (stabula), rumah makan (cauponae), cafe (thermopolia) serta rumah model satu-keluarga (domus italica).

Makanan kebanyakan disimpan dalam kuali-kuali kecil dari tanah liat. Bahannya kebanyakan sayuran atau hewan kecil. Mereka belum terbiasa memakan hewan besar mengingat sulit mengawetkannya. Sapi atau kerbau lebih diambil susunya. Mereka membuat wine namun proses penyulingannya belum sehalus sekarang. Di tembok-tembok pagar rumah terlihat guci-guci tanah liat. Gunanya untuk menyimpan air hujan. Air seni ditampung untuk mencuci pakaian.

Namun juga rumah bordil. "Waktu itu, orang berhubungan seks dianggap sama dengan makan dan minum," kata Campinelli. Kami mengunjungi satu rumah bordil dengan lukisan-lukisan dinding yang menawarkan berbagai pelayanan seks erotis. Ada juga rumah pelacur dengan harga lebih murah. Ranjang dan bantalnya terbuat dari batu. Ruang prakteknya juga kecil.

Pompeii juga memiliki rumah mandi, dengan air dingin, air panas dan mandi uap. Rumah kebanyakan tak dilengkapi kamar mandi. Hanya rumah orang kaya pakai kamar mandi. Air dialirkan masuk ke rumah mandi. Kini mereka masih bisa dilihat tiang-tiangnya.

Pompeii juga memiliki dinding-dinding jalan yang dipakai untuk beriklan atau propaganda. Ada propaganda pemilihan anggota dewan kota. Ada iklan rumah pelacuran. Ada juga protes terhadap penguasa. Menurut Carpiceci, Pompeii diatur oleh dua orang gubernur (duumviri) yang dipilih lima tahun sekali. Sudah ada demokrasi waktu itu!

Juga ada dua pejabat (aediles) yang bertanggungjawab untuk kesehatan publik, hiburan massal, manajemen pasar serta penyediaan bahan pangan. Kota ini juga ada dewan kota (ordo decurionum) dengan jumlah 100 warga pilihan.

Seharian kami berjalan dalam Pompeii. Masuk dari rumah ke rumah. Melihat kamar mandi, kuburan, rumah makan, saluran air bahkan membaca materi kampanye pemilihan ordo decurionum. Warnanya merah. Rasanya, senang sekali bisa memahami sejarah begini dekat.

Sebagai sebuah desa pertanian, Pompeii mula-mula didirikan oleh orang-orang Orci, lalu Yunani, lalu sejenak oleh kaum Estrucan. Orang Samnite memperbesarnya hingga akhir abad 4 sebelum Masehi ketika orang Romawi ikut tinggal disana. Saat itu Pompeii sudah jadi kota besar, pusat perdagangan, ketika daerah-daerah sekitarnya masih kecil, termasuk Neapolis (kini Napoli).

Kami jadi lebih mengerti mengapa kebudayaan Barat jadi begitu lekat dengan realitas, minimal Romawi, dengan adanya tempat bersejarah, yang diteliti dan ditulis secara profesional, macam Pompeii.


Pompeii dan keadaan Indonesia saat ini

Keadaan Pompeii yang sudah dibahas diatas sangat menyedihkan, namun, penulis mengamati beberapa kesamaan dengan keadaan Indonesia saat ini..

Berdasarkan catatan sejarah, kepercayaan Mithraic justru merekomendasikan agar melakukan hubungan seksual secara terbuka, dan itu terjadi di Pompeii, lalu apa bedanya dengan Indonesia sekarang ? Dimana video-video *maaf* porno beredar luas, yang kurang lebih berarti melakukan hubungan seksual yang mungkin tertutup, namun dibiarkan terbuka untuk orang yang ingin melihatnya..

Untuk kasus homoseksual sendiri, penulis membiarkan anda sendiri yang menilai.. karena tentunya pandangan orang berbeda-beda.. dan semoga, Indonesia kita yang tercinta tidak akan berakhir dalam kondisi tragis.. seperti kota Pompeii..

Tribute To Pompeii Tragedy

Sebuah band asal Inggris, Bastille, mempunyai cara tersendiri untuk mengenang tragedi Pompeii, mereka membuat lagu dengan judul yang sama dengan nama tragedi tersebut, lagu itu masuk di album mereka, "Bad Blood"

Liriknya mempunyai arti yang cukup dalam maknanya, dan bagi penulis pribadi, lagu ini merupakan 'deja vu' ke waktu tragedi Pompeii..


Dimana semua berjalan seperti biasa, namun sebuah bencana besar datang dan tidak ada yang bisa mengubahnya, dan dunia runtuh, cuaca gelap karena asap dari letusan gunung merapi..
PROPOSAL KEGIATAN PERKEMBANGAN MUSIK

I.              PENDAHULUAN
Proposal kegiatan muperkembangan musik adalah serangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh anggota komunitas indie musik di bawah naungan PT.PINK FLOYD  dalam rangka memajukan musik Indie di tanah air.  Acara ini merupakan kegiatan lanjutan dan pencitraan ulang tahun komunitas indie musik yang pertama.

II.           TUJUAN KEGIATAN
1.            Menyatukan musik Indie Surabaya
2.            Menciptakan satu visi-misi guna memajukan musik indie.
3.            Sebagai sarana pembelajaran dan acuan pada acara selanjutnya.

III.             TEMA KEGIATAN

 “ERA SEKARANG BISA SEPERTI ERA DULU”

Tema ini memiliki makna bahwa dalam kegiatan ini kami selaku anggota komunitas indie musik, berusaha menunjukkan rasa solidaritas bermusik tanpa membeda-bedakan aliran musik indie.

IV.             Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari                 : minggu,03 juli 2016
Waktu              : 15.00 – 22.00 WIB
Tempat            : Halaman Kampus E GUNADARMA
V.                Bentuk Kegiatan
1.            Penampilan band Indie se-tanah air.


 VI.             SUSUNAN ACARA

Sabtu, 16 Oktober 2011
Halaman kampus E GUNADARMA

NO         JAM       KEGIATAN           KETERANGAN
1              14.50 – 15.00      Persiapan Opening (by MC)        First performer ready
2              15.00 – 15.30      Opening Oleh Band Indie Lokal 1               Durasi 30 menit
3              15.30 – 15.45      Band Indie Pendukung 1               Durasi 15 menit
4              15.45 – 16.00      Band Indie Pendukung 2               Durasi 15 menit
5              16.00 – 16.15      Band Indie Pendukung 3               Durasi 15 menit
6              16.15 – 16.30      Band Indie Pendukung 4               Durasi 15 menit
7              16.30 – 16.45      Band Indie Pendukung 5               Durasi 15 menit
8              16.45 – 17.00      Band Indie Pendukung 6               Durasi 15 menit
9              17.00 – 17.15      Band Indie Pendukung 7               Durasi 15 menit
10           17.15 – 17.30      Band Indie Pendukung 8               Durasi 15 menit
11           17.30 – 18.00      Break    Durasi 30 menit
12           18.00 – 18.15      Band Indie Pendukung 9               Durasi 15 menit
13           18.15 – 18.30      Band Indie Pendukung 10            Durasi 15 menit
14           18.30 – 19.00      Band Indie Lokal 2            Durasi 30 menit
15           19.00 – 19.30      Band Indie Lokal 3            Durasi 30 menit
16           19.30 – 20.15      Guest Star I        Durasi 45 menit
17           20.15 – 21.00      Guest Star II       Durasi 45 menit












  VII.          SASARAN KEGIATAN

Seluruh golongan masyarakat terutama para kawula muda yang mensupport musik indie  di tanah air.

VIII. RANCANGAN ANGGARAN  PENGELUARAN

1.  SDP                                                                                          Rp 90.000.000,-
2.  Acara                                                                                        Rp 40.600.000,-
3. Dokumentasi                                                                              Rp    500.000,-
4. Konsumsi                                                                                   Rp   1.000.000,-
5. Kesehatan                                                                                 Rp   2.000.000,-
6. Keamanan                                                                                 Rp   6.700.000,-
7. Transportasi                                                                               Rp   1.500.000,-
8. Publikasi                                                                                    Rp   6.700.000,-
9. Kesetariatan                                                                              Rp   1.000.000,-

Total Pengeluaran                                                        Rp 150.000.000,-

PEMASUKAN
1. Kas Anggota SB                                                                        Rp    4.500.000,-
2. Provit Acara                                                                              Rp    2.000.000,-
TARGET PEMASUKAN
1. Tiket Acara                               2000 tiket  x Rp 20.000,-             Rp   40.000.000,-
2. Target Sponsor                                                                          Rp 103.500.000,-
Total Pemasukan                                                                    Rp 150.000.000,-

IX. PENUTUPAN

Dengan lampiran proposal yang kami tuliskan di atas, harapan kami agar terciptanya suatu kerjasama bersimbiosis mutualisme. Kami selaku  panitia mengucapkan terimakasih atas terjalinnya kerjasama ini. Dan mohon maaf apabila ada salah kata dalam pembuatan proposal ini.

Depok, 03 juli 2016

Ketua                                                                                     Ketua Panitia



SYD BARRET                                                                     DAVID GILMOUR


Mengetahui
Pimpinan PT. PINK FLOYD